EdanE - Geliat di Antara Kemapanan Musik

Kamis, 14 Juni 20120 komentar

EdanE adalah band rock tanah air  yang mengusung aliran Hard Rock kalau boleh saya bilang, di motori oleh Eet Sjahranie sang gitaris, Salah satu musisi yang pernah ambil bagian bersama band rock legendaris  God Bless di album Raksasa, Apa Kabar dan satu album the best Huma di Atas Bukit yang di remix ulang dengan aransemen baru, saat Ian Antono hengkang dari God Bless dan membentuk Gong 2000.

Pada awalnya terbentuknya nama EdanE sebenarnya merupakan singkatan dari nama Eet Sjahranie dan Ecky Lamoh saat band terbentuk tahun 1991 di Jakarta. bersama Iwan Xaverius sebagai Bassist dan Fajar Satriatama sebagai penggebuk Beduk.

Dengan vokalis Ecky Lamoh EdanE menghasilkan Album The Beast di tahun 1992, sebelum akhirnya cabut dan digantikan Heri Batara sebagai vokalis utama di dua album berikutnya yakni album Jabrik dan Borneo.

EdanE banyak mengalami bongkar pasang personil terutama di sektor vokalis, terhitung sejak mulai berdiri, EdanE sudah berganti vokalis sebanyak 5 kali kalau tidak salah, mulai dari Ecky Lamoh, Heri Batara, Fatah Mardiko, Trison Manurung merupakan vokalis Roxx Band, dan Robby Matulandi Ex vokalis dari Razzle Band. Itulah mengapa secara konsep dari tiap album warna musik yang di hadirkan terasa berbeda, meski tetap mengusung warna Cadas.

Sejauh ini sudah tujuh album yang di hadirkan oleh EdanE sejak mereka berdiri, mulai dari album The Beast (1992), berikutnya album Jabrik (1994), Borneo (1996), lalu album 9299 (1999) adalah album the best, berikutnya album 170 Volt (2002), Time to Rock (2005) dan album Edan rilisan tahun 2010.

Secara musikalitas mereka banyak menghadirkan warna rock yang dinamis dari album ke album. 

Mulai dari album The Beast pada beberapa komposisi warna Van Halen sangat terasa disini, atau pada Album berikutnya Jabrik sound distorsi gitar banyak di geber disini, berikutnya Borneo di sini warna Van Halen lebih kental lagi bahkan sampai ke sound vokalisnya mengingatkan kita akan Sammy hagar-nya Van Halen, di album 170 Volt mereka mencoba mengusung warna beat-beat lebih garang lagi penuh distorsi. Album Time to Rock Eet dan kawan-kawan mencoba menghadirkan kembali ke akar Hard Rock era 80-an. 

Sebuah momentum kebangkitan musik Rock di tanah air era 90-an, dan geliatan musik mereka seperti serigala-serigala lapar mencari mangsa di kegelapan malam.

Salam tiga jari....
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. MUSIKMUZIEKU - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger